Betapa Mulianya Orang Yang Hadir Di Majlis Ilmu

Betapa Mulianya Orang Yang Hadir Di Majlis Ilmu

Alangkah mulianya orang-orang yang mendatangi majlis ilmu untuk belajar. Bagaimana tidak?, baru berniat, mereka sudah mendapatkan pahala, dan ketika mereka melangkahkan kaki, maka setiap langkahnya akan dicatat satu kebaikan.

Lalu para malaikat yang berada di atasnya memayungi mereka dengan sayapnya dan mengantarkan menuju ke majelis ilmu seraya menaburkan rahmat dan keberkahan untuknya.

Saking mulianya para pencari ilmu, di samping ada taburan berkah dan rahmat, maka ketika ada yang mati dalam perjalanan menuju ke majelis ilmu atau mati ketika sedang mengangsu ilmu, kematiannya akan mengantarkan ke derajat yang tinggi.

Disebutkan dalam sebuah riwayat :
من جَاءَهُ أَجَلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمِ لَقِىَ اللَّهُ وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّيْنَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ
Artinya:
Barang siapa yang kedatangan ajal dan dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu Allah (dengan derajat tinggi) di mana tidak ada lagi jarak antara dia dan para nabi melainkan satu derajat kenabian.

Banyak sekali perintah untuk menuntut ilmu dan hadir ke majelis ilmu,
Salah satunya adalah sabda Nabi Muhammad ﷺ, “Tuntutlah ilmu kemudian ajarkanlah kepada manusia” (HR al-Darimi, al-Nasai, al-Baihaqi dan lainnya).

Dalam hadits yang lain, Nabi bersabda, “Jika kalian melihat taman indah surga maka membaurlah di sana.” Nabi Muhammad ﷺ pun ditanya, “Apa itu taman surga?” Beliau menjawab, “Halaqah/majelis dzikir (mengingat kepada Allah),” (HR Ahmad dan al-Tirmidzi).

Imam Atha’, salah satu pembesar Tabi’in memberikan keterangan lebih lanjut mengenai halaqah itu. Beliau menegaskan halaqah yang dimaksud oleh Nabi adalah perkumpulan yang membahas tentang halal/haram, membahas bagaimana tata cara jual beli, tata cara shalat, zakat, haji, nikah, menceraikan istri, dan lain sebagainya.

Nabi Muhammad ﷺ mengingatkan agar ilmu diamalkan, beliau bersabda “tuntutlah ilmu lalu amalkanlah apa yang telah kau pelajari.” (HR Ahmad dan al-Darimi). Nabi Muhammad ﷺ juga bersabda “tuntutlah ilmu dan jadilah salah satu dari para ahlinya” (HR Ahmad dan al-Darimi).

KH Hasyim Asy’ari pernah menjelaskan perihal tercelanya kebodohan, di antaranya dengan mengutip sabda Sahabat Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhahu sebagai berikut:
كفى بالعلم شرفا أن يدعيه من لا يحسنه وكفى بالجهل ذما أن يتبرأ منه من هو فيه
“Cukuplah menjadi bukti kemuliaan ilmu betapa orang yang tidak berilmu mengaku-ngaku berilmu, dan cukuplah menjadi bukti tercelanya kebodohan betapa orang yang berada dalam kebodohan merasa lepas darinya.”

Dalam tema yang senada tentang rendahnya kebodohan, menantu Nabi tersebut menyenandungkan sebuah syair:
كفى شرفا بالعلم دعواه جاهل * ويفرح أن أمسى إلى العلم ينسب
“Cukuplah menjadi bukti kemuliaan ilmu betapa orang bodoh mengaku-ngaku berilmu, ia senang dinisbatkan kepada ilmu.”

ويكفي خمولا بالجهالة أنني * أراع متى أنسب إليه وأغضب
“Cukuplah menjadi bukti hinanya kebodohan betapa aku takut dan marah ketika ia dinisbatkan kepadaku.”

Dalam keterangan lain yang dikutip al-Imam al-Ghazali, Sahabat Ali menyenandungkan syair yang sangat indah:
ما الفخر إلا لأهل العلم إنهم ... على الهدى لمن استهدى أدلاء
“Tiada kebanggan kecuali bagi orang yang berilmu, sesungguhnya mereka berada pada petunjuk (Allah), mereka menjadi petunjuk bagi orang-orang yang meminta petunjuk.”

وقدر كل امرىء ما كان يحسنه ... والجاهلون لأهل العلم أعداء
“Derajat setiap orang berada pada kepakarannya dalam sebuah hal. Orang-orang bodoh adalah musuh bagi para ahli ilmu.”

ففز بعلم تعش حيا به أبدا ... الناس موتى وأهل العلم أحياء
“Gapailah ilmu, maka engkau selamanya akan hidup. Para manusia mati sementara ahli ilmu hidup” (Syekh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali mengutip Sahabat Ali, Ihya’ Ulum al-Din, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, juz 2 hal. 18-19 ).

KH. Hasyim Asy’ari juga menambahkan riwayat dari sahabat Ibnu Zubair beliau berkata bahwa sahabat Abu bakr pernah mengirimkan surat kepadaku saat aku berada di Irak “wahai anakku kau harus selalu dalam naungan ilmu karena jika engkau dalam keadaan fakir maka ilmu akan menjadi harta bagimu dan jika engkau dalam keadaan kaya maka ilmu akan menjadi penghias bagimu.”

Sebagai keterangan tambahan, al-Habib Zain menegaskan bahwa hendaknya setiap muslim mengambil bagian dari warisan para Nabi. Sesungguhnya mereka tidak mewariskan harta atau tahta, namun mewariskan ilmu. Ulama besar dari Madinah tersebut menegaskan bahwa agama Islam dibangun atas dasar ilmu. Beliau mengatakan:
اعلم أن الدين الإسلامي قائم على أساس العلم والمعرفة فلا ينبغي للمسلم أن يكون بعيدا عن نور العلم بل لابد أن يقتبس من الميراث النبوي فإن العلماء ورثة الأنبياء 
“Ketahuilah bahwa agama Islam berdiri atas dasar ilmu dan pengetahuan, maka tidak sepantasnya bagi seorang muslim jauh dari cahaya ilmu. Bahkan wajib baginya mengambil warisan para Nabi, sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi.” (al-Habib Zain bin Ibrahim bin Smith, al-Manhaj al-Sawi, hal.83).

Semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan hidayah dan taufiq-Nya hingga kita selalu istiqomah meraih ridho-Nya

Posting Komentar

0 Komentar